Ada hal yang membuatku sedikit
terenyuh kala berada di rumah. Di rumah ini aku benar-benar melupakan banyak
hal, melupakan keangkuhan, membiarkan diriku seperti aku yang dulu. Anak dari
keluarga kecil di sebuah desa, kehidupan yang sedrhana, sangat beda. Disini
ramai, mana bisa menghabiskan waktu hanya seorang diri. Aku bahkan tidak bisa
mengklaim adanya ruang pribadi seperti apa yang kuterapkan di bogor. Disini,
mereka semua adalah ruang pribadiku. Jadi kurasa aku tidak terganggu sedikitpun
dengan keributan2 kecil yang terjadi yang berasal dari ruang pribadiku sendiri.
Beda kalau disana, aku benci keributan. Lebih menyenangkan tidak ada yang
menggangu.
Saat di rumah, kejadian-kejadian
tidak bisa kukendalikan sepenuhnya. Tidak bisa menata semua sesuai inginku.
Berbeda jika aku disana. Aku hanya melakukan apa yang ingin kulakukan.
Lama-lama lahirlah perubahan yang menjadikan aku semakin egois. Dirumah, disni
sekalian sambil melunakan hati dan merdakan ego yang makin melambung.
Tkalian tau, apa bedanya orang
kota dengan orang desa. Kalian tau apa bedanya orang modern dengan orang jaman
dulu? Dulu aku tak tau, kiini perlahan aku mengetahuinya sedikit.
Aku adalah orang yang ebrasal
dari kampong dengan semua keterbatasan dan kemalasan yang sangat banyak.
Sedikit wawasan, tidak terlalu pandai, daya saingku tidak tinggi, dan pemalas.
Hanya sdedikit modal keberanian yang ditanamkan bapak yang benar-benar
membantuku untuk hidup lebih baik, hmm.. oke!
Apa yang oke? Entahlah……..hehe
Hampir 4 tahun hdup di kotaa
besar, 16 tahun lebih hidup di desa. Dan selama 4 tahun itu aku bolak-balik
desa-kota. Atmosfer yang jauh sangat berbeda tentunya kurasakan selama masa
bolak-baloik tadi. Hal kecil yang kutemukan contohnya… di kota kebahagiaan
kebanyakan akan didapatkan dan dinilai dengan materi, sedangkan di kampong
kebahagiaan masih asli menurutku. Asli dalam artian, tidak banyak intrik dan
pengorbanan yang terlalu besar untuk mendapatkan kebahagiaan. Orang kota
terlalu pintar membuat ukuran, terlalu pandai, sehingga untuk sebuah
kebahagiaaan saja ukurannya harus sudah ditenrukan, membosankan! Ada standar
atau semacam pengkotak-kotakan berbagai rasa, kondisi, strata, kedudukan. Aissh
entahlah. Yang menderita adalah orang yang sulit untuk mencapai standar atau
nukuran tereebut bukan? Meneydihakan!!
Padahal tuhan tak pernah menciptakan
standar tersebut, kalian terlalu pandai dan makin menyulitkan mahluk bumi!!
Kalian orng kota terlalu
perhitungan menurutku, apa itu efek dari pendidikan yang tinggi? Segala sesuatu
dihitung dengan angka.
26 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar