Celoteh Si Mak'nun

Selasa, 25 Maret 2014

MANUSIA





Manusia tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Semua yang belum dimiliki terlihat begitu menggoda, begitu menarik tapi setelah dimiliki biasa-biasa saja, tidak seistimewa yang dipikirkan sebelum dimiliki bahkan ada rasa kecewa setelah memilikinya. Mungkin manusiawi, mungkin.
Kita terlalu sering memaklumi kelakuan diri sendiri dengan mengucapkan kata “manusiawi”. Kita? Atau mungkin hanya saya saja yang berpikir seperti ini?
Entah itu sebuah benda, sebuah keinginan, sebuah mimpi atau sebuah pekerjaan sekalipun sama saja. Sebelum memilikinya terlihat begitu “wah” tapi setelah memilikinya “biasa aja tuh”. Terkait dengan pekerjaan sedikit pengalaman sebagai seorang fresh graduate yang sedang berapi-api menjajal kemampuan di dunia nyata.
Sebagai manusia baru yang baru saja keluar dengan gelar kebanggaany harus menghadapi realita dunia nyata yang ternyata tidaks esuai dengan impiannya selama masih di kampus. Mencoba menjajal kemampuan dengan melayangkan surat lamaran, CV dengan berbagai pengalam organisasi, kepanitian, sertifikat kegiatan dan selembar kertas sakti yang bernama ijazah. Minggu berganti minggu, sudah tak terhitung jumlah surat lamaran yang dikirimkan tak satupun yang bersambut dengan dering telpon panggilan.
Setelah dinyatakan lulus dari fakultas peternakan saat itu meskipun saya belum di wisuda tapi sudah gencar mencari pekerjaan. Semenjak selesai penelitian saya bekerja bersama dosen pembimbing mengerjakan proyek penelitian mikrobiologi yang dapat mengurai limbah sawit yang mencemari lingkungan perairan penduduk. Dengan berbekal pengalaman penelitian untuk tugas akhir, pengerjaan proyek itupun tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Perbanyakan bakteri mulai dari kelompok asam laktat, kapang, khamir hingga bakteri pathogen dilakukan sampai mendapatkan kultur kering yang jumlahnya berkilo-kilo. Setelah itu dicampur dengan bahan lainnya menggunakan formulasi tertentu untuk diuji coba salah satu perkebunan sawit di Kalimantan. Hampir 3 bulan mengerjakan proyek tersebut hingga pada suatu hari ada sebuah panggilan amsuk dari salah satu perusahaan swasta di tangerang yang memangiil untuk melakukan interview. Saat itu aku sudah tidak berpikir pekerjaan macam apa yang akan aku kerjakan nanti disana, pokoknya yang penting keterima kerja itu sudah cukup mebuktikan bahwa aku bisa, aku keren. Itu adalah kesalahanku yang pertama.  Aku tak pernah menyesali bahwa aku bekerja di industi yang sebenarnya sangat jauh sekali dengan bidang keilmuan yang kupelajari. Aku bekerja disebuah industri makanan divisi health food department quality control sebagai unit head. Sama sekali tak ada ilmu peternakan yang  terpakai di tempatku bekerja. Ada perasaan bersalah pada diri sendiri, susah payah menuntut ilmu selama empat tahun dan tidak digunakan? Tidak dimanfaatkan?
Rasa bersalah terobati saat hati sudah mulai bisa diajak damai, coba kurayu hati: “bersukur Een… orang mah belum tentu bisa dapat pekerjaan sebelu diwisuda dengan gaji yang lumayan”. Hanya perasaan syukur dan dorongan dari mama yang saat itu bisa mengobati rasa bersalahku. Pekerjaanku disana hampir 100% kupelajari dari nol. Tentang bagaimana mengontrol kualitas, memanage bawahan, mengerjakan laporan dans ebagainya. Benar-benar masuk sebagai orang paling bodoh di perusahaan itu. Tapi disisi lain, aku jadi belajar banyak hal baru. Pelajaran yang tidak aku dapatkan saat  dibangku kuliah tentang professional, tentang bagaimana tim yang ideal itu seharusnya bekerja, bagaimana agar selalu ada perubahan, bagaimana agar mempertahankan suatu system dan menjaganya.
Seberapa lama saya bisa bertahan melawan kata hati? Jawabannya tidak akan bisa lama, membunuh passion itu sama dengan menyiksa diri sendiri. saya senang dengan sesuatu yang dinamis, bebas bergerak, dan harus selalu ada hal baru yang bisa didapat. (sampe kapan begini terus een?). meskipun sedikit demi sedikit hati mulai bisa menerima kenyataan bahwa pekerjaans aya tidak sesuai passion tapi toh saya tidak bisa bertahan. Tidak bisa bekerja dengan lingkungan kerja yang seperti sangkar, tidak bebas keluar-keluar dan hanya ditempat itu setiap saat mengerjakan hal yang sama setiap harinya.
Lima bulan bekerja di industri akhirnya setelah ada tawaran lowongan untuk masuk di dinas pertanian dan peternakan, saya memutuskan untuk resighn tanpa pikir panjang karena bekerja di dinas pernah menjadi salah satu impian saya. Keputusan yang diambil secara mendadak dan lagi-lagi saya tidak berpikir pekerjaan macam apa yang akan aku kerjakan nanti disana. Good! kesalahan kedua! Kamu tidak belajar dari masa lalu Een. Cukup dengan mendapatkan tawaran yang berlabel dinas pertanian dan peternakan provinsi, tanpa kamu tanya pekerjaan seperti apa yang akan dikerjakan disana kamu ambil begitu saja. Cerdas sekali!. Nyatanya saya disini tidak ditempatkan di bagian peternakan sesuai harapan saya pada awalnya, tapi di sekertariat mengurusi informasi dan dokumentasi dinas. Haha.. ceroboh sekali. Meskipun tidak ada penyesalan kenapa melepaskan pekerjaan di industri padahal secara gaji lebih besar.
Semua pasti ada hikmahnya memang, tidak ada yang kebetulan. Semua sudah diatur Allah, the best planner. Aku memang sangat menginginkan bekerja di dinas pertanian peternakan provinsi agar bisa menggunakan kemampuan yang aku miliki meski secuil agar bermanfaat.
Di dinas pertanian dan peternakan provinsi saya ditempatkan dibagian sekertariat tepatnya mengurusi bagian pengelolaan informasi dan dokumentasi dinas. Simpelnya, kalau ada wartawan atau LSM meminta data atau klarifikasi informasi bisa melalui kami.
Well, meskipun tidak dibidang, dibagian sekertariat saya belajar banyak hal dan akses informasi keseluruhan terkait pertanian peternakan banten bisa lebih leluasa diakses dan dipelajari.
Celakanya, pengelolaan informasi dan dokumentasi disini sistemnya masih belum terurus dengan baik. Semua data dan informasi di handle oleh beberapa orang yang memang sudah sangat kompeten tapi disamping itu juga orang-orang ini memiliki banyak tugas sehingga fokusnya tidak jelas.
Sabar…sabar…. Kamu telah memilih, setiap keputusan pasti ada konsekuensinya. Ambil himahnya aja, bisa baca Koran update tiap hari, bisa solat berjamaah di mesjid agung tiap hari dan bisa pulang ke ruamh tiap hari. Hehe…