Menatap
aktivitas orang-orang disekitarku. Jujur aku masih bingung harus bersikap
seperti apa. Rekan kerjaku bilang untuk tidak menggunakan perasaan saat
bekerja, tapi sulit bagiku untuk bisa seperti itu. Entah karena belum biasa
atau memang memang saya terlalu perasa. Entahlah…
Memiliki
anak buah buruh pabrik yang berpendidikan SMP/SMA adalah baru untukku.
Team baru dimana aku harus belajar untuk
memanage dan memaintenace tim kecil ini agar bisa menjalankan pekerjaan dengan
benar. Secara usia dan pengalaman kerja
rata-rata lebih dariku bahkan ada yang
sudah punya anak. Hanya saja secara pendidikan memang aku lebih tinggi. Hanya
itu dan mereka menyebut mereka kaum jelata karena hanya seorang buruh pabrik
berstatus kontrak yang tak pasti bekerja sampai kapan.
Salah
satu yang membuatku mau tidak mau sulit untuk tidak melibatkan perasaan adalah
dimana status mereka nantinya tergantung denganku. Anak buahku dapat
memperpanjang kontrak atau tidak, bisa tetap bekerja atau tidak, secara tidak
langsung ada padaku karena aku harus melakukan penilaian atas kinerjanya. Jadi
mau tidak mau, suka atau suka mereka harus melakukan apa yang kusuruh kalau
mereka tetap ingin bekerja disini. Oke, hal itu bagus… jadi semua bisa diatur dengan mudah. Aku atasan
mereka dan mereka bawahanku. Tapi rabb, aku yang mungkin terlalu lemah ini
tidak bisa melakukan itusemua. Bagiku mereka juga manusia, mereka tidak harus
sepatuh itu padaku, aku tidak ingin memperbudak siapapun dan nyatanya karyawan
adalah budak perusahaan. Tapi bukan budakku!! Aku tidak sukaaa!!!! Bagaimanapun
mereka manusia, bukan mesin. Mereka punya perasaan, mereka punya hati! Apakah
semua itu harus mati demi materi?
Tidaaak rabb, aku tahu engkau sayang kami semua tanpa membedakan kami.
Setiap
kali aku melewati OB yang berada di area produksi hatiku selalu sakit rabb,
mereka yang tadinya sedang duduk terkantuk langsung berdiri sibuk kembali
bekerja karena aku datang. Padahal aku tak menegurnya rabb, aku tidak melarang
mereka beristirahat sejenak, aku tahu mereka lelah terlebih kalau bekerja malam
hari. aku tidak sejahat yang mereka
kira, tapi mereka terlalu khawatir kalau nasib mereka berakhir di pabrik karena
dilaporkan oelh pengawas. Bagiku beristirahat sejenak tak masalah, asalkan
tanggung jawab mereka telah tuntas. Tapi toh perusahaan punya system perbudakan
yang amat keras untuk meraih keuntungan.
Melihat
pundak mereka, hatiku sakit rabb…
Mereka
mencari nafkah demi keluarganya, demi ibu dan adik-adiknya
Mereka
masih muda rabb, masih sangat muda
Tapi
mereka tidak berdaya
Karena
kehidupan dunia bagitu menyulitkan
Masalah
ekonomi dan demi keluarganya mereka mau hidup sepeti itu
Sepanjang
malam menyapu di pabrik
Tersaruk-saruk
membersihakan lantai diantara riuhnya aktivitas pabrik
Hati
ini miris rabb…. Terbayang, kalau mereka adalah adik hamba. Hamba tak mungkin
tega membiarkan mereka bekerja seperti itu.
Aku
akan bekerja keras agar adik-adikku dan keluargaku bisa hidup layak. Bisa
tenang dan focus belajar dan beribadah.
Juga bisa berbagi untuk yang memerlukan. Amiin
Jaga
selalu niat hamba Rabb, untuk selalu lillahita’ala.,,, J