Brrrrrr… tiupan
angin malam yang sudah semakin dingin di musim kemarau, kulihat jam di
handphone sudah menunjukan pukul sepuluh lebih. Setelah puas berbincang sambil
memandangi bulan yang nyaris bulat sempurna meski tertutup pepohonan, akhirnya
kami memutuskan untuk menyudahi perbincangan yang tidak sengaja ini.
Rina, saudara
sepupuku yang rumahnnya tepat berada di sisi kiri rumah yang kutinggali. Dia
adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas negeri di daerahku
yang sekarang masih berjuang dengan kitab saktinya (baca: skripsi). Kami lahir
di bulan yang sama dengan perbedaan usia satu tahun. Perbedaan usia yang tidak
seberapa jauh tentu, itulah yang membuatku lumayan nyaman kalau berbincang
tentang hal apa saja dengannya meski sangat jarang sekali sebenarnnya karena
kesibukan masing-masing. Hanya pada saat-saat tertentu saat aku sedang berada
di rumah dan dia pun demikian barulah kami bisa bertemu dan berbincang sepuas
hati. Ya… seperti mala mini, waktu rasannya tidak terasa. Tau-tau sudah mulai larut…
^^
Seperti biasa, untuk
mendapatkan sinyal internet di rumahku perlu perjuangan dan kesabaran ekstra.
Dan setelah beberapa hari mencari spot-spot sinyal yang bagus, akhirnnya teras
rumah sisi kanan menjadi tempat terbaik untuk mendapatkan sinyal yang pada
akhirnnya hampir setiap saat saya nongkrong disana. Ba’da solat magrib, setelah
membaca beberapa ayat Al-Quran saya pun kembali menenteng netbook, earphone dan
modem ke teras rumah. Lumayan BT karena sinyalnya ogah-ogahan dan sangat-sangat
menguji kesabaran. Berhubung besok saya harus kembali ke bogor dan akan cukup
lama jika ingin kembali ke rumah maka saya putuskan untuk menikmati bulan saja
di luar dengan earphone yang masih terpasang tentu. Entah karena melamun atau
karena music yang saya dengarkan terlalu kencang, sampai-sampai kaget saat
sadar kalau ada orang yang teriak memanggil. Ternyata rina, tumben dia mau
keluar rumah. Apa karena ini bulan purnama? *Eh….
Awal perbincangan
topic yang kami bahas soal study masing-masing tentunya. Lama kelamaan
akhirnnya topic mengarah ke urusan orang-orang dewasa (biasa masalah perasaan,
cinta dan jodoh). Maklum lah karena memang banyak temannya yang sudah menikah
dan sahabat-sahabat yang bisa jadi teman mainnya pun dikampus memang sudah
sibuk mengurusi urusannya masing-masing, ada yang nikah lah, kerja lah dan
ngusus kelulusan. Sharing tentang urusan orang dewasa lumayan sih, yah
setidaknnya sedikit banyak ada pelajaran yang bisa diambil.
Bosan membicarakan hal-hal
yang berbau masa depan, kita pun akhirnnya bernostalgia dengan mengenang
masa-masa sekolah dasar, sekolah di madrasah ibtidaiyah, SMP hingga SMA. Meski
umur kami memang berbeda satu tahun dan dia adalah kakak kelasku tapi kita
seperti orang sebaya. Dari kecil kami biasa main BP, tanah, masak-masakan,
ibu-ibuan bersama jadi seperti ga ada bedannya umur satu tahun. Selaain itu
kami disekolahkan di sekolah yang sama sejak masuk sekolah dasar sampai SMA.
Bahkan kami pernah duduk satu kelas di madrasah ibtidaiyah, karena memang hanya
ada 3 kelas yang berasal dari 3 kelas gabungan berdasarkan kelasnnya di sekolah
dasar.
Hal pertama yang
kami kenang adalah masa-masa “perjuangan” selama sekolah SMP dan SMA. Kusebut
perjuangan karena untuk bisa sampai sekolah, kami harus berjalan kaki mengikuti
aliran sungai sekitar 2 kilometer (itulah mungkin sebabnnya kenapa betis kaki
jadi konde’an, hehehe). Rasa-rasannya kami tidak pernah mengeluh dengan kondisi
tersebut. Kami senang-senang saja menjalaninya, mungkin karena memang semuannya
mengalami hal yang sama. Yah…semua orang di kampungku harus berjalan kaki ke
sekolah. Motor memang sudah ada, bahkan bapakku sendiri punya. Tapi dia lebih
memilih membiarkanku berjalan ramai ramai ke sekolah bersama yang lainnya.
Hanya sesekali saja mengantar atau menjemputku di sekolah. But, no matter for
me!! Ga masalah pergi jam 6.10 pagi ke sekolah yang penting hati senang dan
perut sudah terisi. Hehe…
Jalan adalah hal
yang biasa bagi kami, bahkan sampai kelas 2 SMA saya harus berjalan sampai ke
jalan kecamatan untuk sampai ke sekolah. Yang membuat kami terkekeh ketawa
adalah saat mengingat musim hujan sewaktu sekolah dimana jalan akses kami kke
sekolah menjadi licin dan besek tentunnya. Selain haruss hati-hati, kami juga
harus membersihkan sepatu dulu di irigasi sungai sebelum sampai ke jalan
kecamatan. Kalau tidak dibersihkan dulu bisa-bisa kelas kotor berlumpur dan
tentu yang merasa bersalah adalah saya dan teman-teman karen membawa sepatu
kotor ke dalam kelas. Tidak jarang pula malah sepatu kami basah karena kecebur
saat membersihakannya atau kepeset sampai harus memakai sepatu basah seharian
di sekolah. Saat pulang sekolah kadang hujan turun tak terduga, sampai-sapai
kami mencari batu untuk memotong daun pisang yang ada di sekitar sungai yang
bisa dijadikan payung darurat. Yang menyedihkan jika harus pulang seorang diri,
hmm…jujur takut, apalagi kalau melewati pohon beringin yang ada ditengah jalan
setapak dan sepi itu. Rasanya pengen nangis. Makannya saya tidak aktif di eksul
manapun karena takut kalau pulang sendirian tidak bareng bersama yang lain.
Bapak memang bersedia menjemput kalau ikut eksul atau sekolah sampai sore, tapi
lama kelamaan males sendiri karena ga ada teman sekampung yang ikut eksul
bareng. Jadilah saya ga eksis tuh waktu SMP sampai pada akhirnnya dapet lomba
puisi di kabupaten (Hehehe) baru deh mulai diperhitungkan sama guru. Dunia
terasa lebih cerah. Woooooooooowoooo
Itulah perjuangan boy!!! Berakit-rakit
kehulu!!! Jauh rasannya jika dibandingkan dengan kondisiku saat ini. Sudah
sangat harus mensyukuri semua ini tentunya.
Selain itu, kami juga mengingat tentang
jajanan favorit waktu sekolah dulu. Waktu SD ada buras t.Miah, Mie kuah
lontong, dsb. Waktu di Ibtidaiah ada Es Pepaya dan Es kue. Oia selain jajanan
waktu ibtidaiah dulu kita masih sangat ingat soal tugas menulis Alhot sebelum
pulang. Hehehehe…. Apa yah alhoT?? Pokoknnya tulisan Al Quran atau arab yang
ditulis berualang-ulang. Pas awal masuk ibtidaiah paling disuruh 3 kali, eh pas
naik kelas malah nambah kalinnya banyak. Bisa nyampe 10-25 kali. Sebellll banget
waktu itu, maklum saya termasuk yang kelet nulis Arab jadi pulangnnya terakhir
mulu. Ingat juga sama Nyai-Nyai yang suka ngajar dan ngasih buku di Madrasah.
Nyai yang tidak dapat bayaran dari Negara. Oia, kami sekolah dasar dan
ibtidaiah sekaligus. Pagi sampai siang sekolah dasar, siang sampai sore kami ke
madrasah ibtidaiah yang lebih serng disebut sekolah agama.
Kembali ke makanan
favorit. Sewaktu SMP, es pisang coklat dan sate usus adalah jajanan favorit
kami disamping mie ayam dan gorengan di depan sekolah tentunya. Hmmm….
Kayaknnya enak banget, jadi pengen es pisang coklat lagi uy. Waktu SMA ga
banyak sih, seingetku Cuma batagor sama pop es deh yang lg ngeHits waktu itu.
Sepertinya masih
banyak yang tadi kami bicarakan, namun karena keterbatasan kemampuan record yah
jadinya Cuma segini yang bisa ditulis. Perkiraanku sudah 45o lebih
bulan berpidah dari tempat asal kami melihatnnya. Hari mulai larut dan saya
mulai mengantuk. Hmm baru ingat nih, belum prepare buat besok kembali ke bogor.
Kembali berjuang!!! Ternyata dari dulu juga perjuangan itu tidak mudah yah.
Tapi bisa kulalui…….. ^________^
Menes, 1 september
2012 pukul 23,05