Celoteh Si Mak'nun

Jumat, 31 Agustus 2012

Obrolan Purnama


Brrrrrr… tiupan angin malam yang sudah semakin dingin di musim kemarau, kulihat jam di handphone sudah menunjukan pukul sepuluh lebih. Setelah puas berbincang sambil memandangi bulan yang nyaris bulat sempurna meski tertutup pepohonan, akhirnya kami memutuskan untuk menyudahi perbincangan yang tidak sengaja ini.
Rina, saudara sepupuku yang rumahnnya tepat berada di sisi kiri rumah yang kutinggali. Dia adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu Universitas negeri di daerahku yang sekarang masih berjuang dengan kitab saktinya (baca: skripsi). Kami lahir di bulan yang sama dengan perbedaan usia satu tahun. Perbedaan usia yang tidak seberapa jauh tentu, itulah yang membuatku lumayan nyaman kalau berbincang tentang hal apa saja dengannya meski sangat jarang sekali sebenarnnya karena kesibukan masing-masing. Hanya pada saat-saat tertentu saat aku sedang berada di rumah dan dia pun demikian barulah kami bisa bertemu dan berbincang sepuas hati. Ya… seperti mala mini, waktu rasannya tidak terasa. Tau-tau sudah mulai larut… ^^
Seperti biasa, untuk mendapatkan sinyal internet di rumahku perlu perjuangan dan kesabaran ekstra. Dan setelah beberapa hari mencari spot-spot sinyal yang bagus, akhirnnya teras rumah sisi kanan menjadi tempat terbaik untuk mendapatkan sinyal yang pada akhirnnya hampir setiap saat saya nongkrong disana. Ba’da solat magrib, setelah membaca beberapa ayat Al-Quran saya pun kembali menenteng netbook, earphone dan modem ke teras rumah. Lumayan BT karena sinyalnya ogah-ogahan dan sangat-sangat menguji kesabaran. Berhubung besok saya harus kembali ke bogor dan akan cukup lama jika ingin kembali ke rumah maka saya putuskan untuk menikmati bulan saja di luar dengan earphone yang masih terpasang tentu. Entah karena melamun atau karena music yang saya dengarkan terlalu kencang, sampai-sampai kaget saat sadar kalau ada orang yang teriak memanggil. Ternyata rina, tumben dia mau keluar rumah. Apa karena ini bulan purnama? *Eh….
Awal perbincangan topic yang kami bahas soal study masing-masing tentunya. Lama kelamaan akhirnnya topic mengarah ke urusan orang-orang dewasa (biasa masalah perasaan, cinta dan jodoh). Maklum lah karena memang banyak temannya yang sudah menikah dan sahabat-sahabat yang bisa jadi teman mainnya pun dikampus memang sudah sibuk mengurusi urusannya masing-masing, ada yang nikah lah, kerja lah dan ngusus kelulusan. Sharing tentang urusan orang dewasa lumayan sih, yah setidaknnya sedikit banyak ada pelajaran yang bisa diambil.
Bosan membicarakan hal-hal yang berbau masa depan, kita pun akhirnnya bernostalgia dengan mengenang masa-masa sekolah dasar, sekolah di madrasah ibtidaiyah, SMP hingga SMA. Meski umur kami memang berbeda satu tahun dan dia adalah kakak kelasku tapi kita seperti orang sebaya. Dari kecil kami biasa main BP, tanah, masak-masakan, ibu-ibuan bersama jadi seperti ga ada bedannya umur satu tahun. Selaain itu kami disekolahkan di sekolah yang sama sejak masuk sekolah dasar sampai SMA. Bahkan kami pernah duduk satu kelas di madrasah ibtidaiyah, karena memang hanya ada 3 kelas yang berasal dari 3 kelas gabungan berdasarkan kelasnnya di sekolah dasar.
Hal pertama yang kami kenang adalah masa-masa “perjuangan” selama sekolah SMP dan SMA. Kusebut perjuangan karena untuk bisa sampai sekolah, kami harus berjalan kaki mengikuti aliran sungai sekitar 2 kilometer (itulah mungkin sebabnnya kenapa betis kaki jadi konde’an, hehehe). Rasa-rasannya kami tidak pernah mengeluh dengan kondisi tersebut. Kami senang-senang saja menjalaninya, mungkin karena memang semuannya mengalami hal yang sama. Yah…semua orang di kampungku harus berjalan kaki ke sekolah. Motor memang sudah ada, bahkan bapakku sendiri punya. Tapi dia lebih memilih membiarkanku berjalan ramai ramai ke sekolah bersama yang lainnya. Hanya sesekali saja mengantar atau menjemputku di sekolah. But, no matter for me!! Ga masalah pergi jam 6.10 pagi ke sekolah yang penting hati senang dan perut sudah terisi. Hehe…
Jalan adalah hal yang biasa bagi kami, bahkan sampai kelas 2 SMA saya harus berjalan sampai ke jalan kecamatan untuk sampai ke sekolah. Yang membuat kami terkekeh ketawa adalah saat mengingat musim hujan sewaktu sekolah dimana jalan akses kami kke sekolah menjadi licin dan besek tentunnya. Selain haruss hati-hati, kami juga harus membersihkan sepatu dulu di irigasi sungai sebelum sampai ke jalan kecamatan. Kalau tidak dibersihkan dulu bisa-bisa kelas kotor berlumpur dan tentu yang merasa bersalah adalah saya dan teman-teman karen membawa sepatu kotor ke dalam kelas. Tidak jarang pula malah sepatu kami basah karena kecebur saat membersihakannya atau kepeset sampai harus memakai sepatu basah seharian di sekolah. Saat pulang sekolah kadang hujan turun tak terduga, sampai-sapai kami mencari batu untuk memotong daun pisang yang ada di sekitar sungai yang bisa dijadikan payung darurat. Yang menyedihkan jika harus pulang seorang diri, hmm…jujur takut, apalagi kalau melewati pohon beringin yang ada ditengah jalan setapak dan sepi itu. Rasanya pengen nangis. Makannya saya tidak aktif di eksul manapun karena takut kalau pulang sendirian tidak bareng bersama yang lain. Bapak memang bersedia menjemput kalau ikut eksul atau sekolah sampai sore, tapi lama kelamaan males sendiri karena ga ada teman sekampung yang ikut eksul bareng. Jadilah saya ga eksis tuh waktu SMP sampai pada akhirnnya dapet lomba puisi di kabupaten (Hehehe) baru deh mulai diperhitungkan sama guru. Dunia terasa lebih cerah.  Woooooooooowoooo
 Itulah perjuangan boy!!! Berakit-rakit kehulu!!! Jauh rasannya jika dibandingkan dengan kondisiku saat ini. Sudah sangat harus mensyukuri semua ini tentunya.
 Selain itu, kami juga mengingat tentang jajanan favorit waktu sekolah dulu. Waktu SD ada buras t.Miah, Mie kuah lontong, dsb. Waktu di Ibtidaiah ada Es Pepaya dan Es kue. Oia selain jajanan waktu ibtidaiah dulu kita masih sangat ingat soal tugas menulis Alhot sebelum pulang. Hehehehe…. Apa yah alhoT?? Pokoknnya tulisan Al Quran atau arab yang ditulis berualang-ulang. Pas awal masuk ibtidaiah paling disuruh 3 kali, eh pas naik kelas malah nambah kalinnya banyak. Bisa nyampe 10-25 kali. Sebellll banget waktu itu, maklum saya termasuk yang kelet nulis Arab jadi pulangnnya terakhir mulu. Ingat juga sama Nyai-Nyai yang suka ngajar dan ngasih buku di Madrasah. Nyai yang tidak dapat bayaran dari Negara. Oia, kami sekolah dasar dan ibtidaiah sekaligus. Pagi sampai siang sekolah dasar, siang sampai sore kami ke madrasah ibtidaiah yang lebih serng disebut sekolah agama.
Kembali ke makanan favorit. Sewaktu SMP, es pisang coklat dan sate usus adalah jajanan favorit kami disamping mie ayam dan gorengan di depan sekolah tentunya. Hmmm…. Kayaknnya enak banget, jadi pengen es pisang coklat lagi uy. Waktu SMA ga banyak sih, seingetku Cuma batagor sama pop es deh yang lg ngeHits waktu itu.
Sepertinya masih banyak yang tadi kami bicarakan, namun karena keterbatasan kemampuan record yah jadinya Cuma segini yang bisa ditulis. Perkiraanku sudah 45o lebih bulan berpidah dari tempat asal kami melihatnnya. Hari mulai larut dan saya mulai mengantuk. Hmm baru ingat nih, belum prepare buat besok kembali ke bogor. Kembali berjuang!!! Ternyata dari dulu juga perjuangan itu tidak mudah yah. Tapi bisa kulalui…….. ^________^

Menes, 1 september 2012 pukul 23,05


Tidak ada komentar:

Posting Komentar