Celoteh Si Mak'nun

Jumat, 05 November 2010

Sulit, mudah, RidhaNya…

Satu waktu, sudah lama sekali
Seorang berkata dengan wajah sendu
“alangkah beratnya…alangkah banyak rintangan..alangkah berbilang sandungan…alangkah rumitnya”

Aku bertanya “lalu?”
Dia menatapku dalam-dalam, lalu menunduk
“apakah sebainnya kuhentikan saja ikhtiar ini?”

‘hanya karena itu kau menyerah kawan?”
Aku bertanya meski tak begitu yakin apakah aku sanggup menghadapi selaksa badai ujian dalam ikhtiar seperti yang dialminya
“yah, bagaimana lagi..? tidakkah semua hadangan ini pertanda bahwa Allah tak meridhainya?”

Aku membersamainya menghela nafas panjang
Lalu bertanya “andai Nabi kita Muhamad berpikir sebagaimana engkau menalar, akan adakah islam dimuka bumi?”
“maksudmu kawan?”, ia terbelalak

“ya..andai Muhamad berpikir bahwa banyak kesulitan berarti tak diridhai Allah, bukankah ia akan berhenti di awal-awal risalahnya?”

“ada banyak titik sepertimu saat ini, saat Muhamad bisa mempertimbangkan untuk menghentikan ikhtiar
Mungkin saat ia bangkit lalu dahinya disambat batu
Mungkin saat ia dikatai gila, penyair, dukun, dan tukang sihir
Mungkin saat ia dan keluarga diboikot total di Syi’b Abi Thalib
Mungkin saat ia saksikan sahabat-shabatnya disiksa didepan mata
Atau saat paman terkasih dan isi tersayang berpulang
Atau justru saat dunia ditawarkan padanya; tahta, harta, wanita…”

“jika muhamad berpikir sebagaimana engkau bernalar tidakkah ia memilki banyak saat untuk memilih berhenti?”

Tapi muhamad tahu kawan..
Ridha Allah tak terletak pada sulit atau mudahnya
Berat atau ringannya, bahagia atau deritanya
Senyum atau lukanya, tawa atau tangisnya”

“Ridha Allah terletak pada apakah kita mentaatiNya
Dalam menghadapi semua itu
Apakah kita berjalan dengan menjaga perintahnya dan menjauhi laranganNya
Dalam semua keadaan dan ikhtiar yang kita lakukan”

“maka selama disitu engkau berjalan,,Bersemangatlah kawan"


sumber : dalam dekapan Ukhuah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar