Celoteh Si Mak'nun

Jumat, 07 September 2012

Kuliah 1: Pertanian Terpadu



            Hari pertama kuliah pertanian terpadu yang tidak diduga dan tidak disangka. Kuliah dimulai pukul 7 pagi di gedung kuliah A (GKA) dan setengah 7 lewat 6 menit saya baru tau kalau jadwal pertanian terpadu sudah masuk di KRS. Antara senang dan kaget. Senang karena akhirnya SC ini bisa saya dapatkan dan perlu mengadu nasib lagi untuk dapet SC di KRS B. kaget karena harus kuliah jam 7…!!! Sedangkan jam setengah 7 lewat belum melakukan ritual apapun, mandi, nyetrika, dan ritual lainnya. Materi kuliahnya sangat menarik menurutku, coba kita tuangkan dikit ya… lumayan sekalian refresh otak nih. Hehe…
###
            Sebagai pengantar kuliah, dosen menyampaikan tentang bebrapa Negara dan bedanya dengan Negara kita. Israel adalah bangsa yang memiliki SDM sangat berkualitas. Diceritakan juga dalam novel andrea hirata mengenai perbedaan antara orang Indonesia, jerman, dan Israel. Jika duduk orang Indonesia pasti  memilih bangku paling belakang, sedangkan orang jerman dan Israel berebut bangku paling depan. Jika orang Indonesia cukup dengan nilai asal lulus, orang jerman ingin lulus dengan sangat baik maka orang Israel ingin mengubah dunia, bukan nilai. Posisi duduk paling belakang, orientasi nilai dan mentalitas rendah mungkin sekarang sudah menjadi kebiasaan dari bangsa ini. Pertanian di Israel sangat maju. Israel mampu mencukupi kebutuhan dalam negrinya sendiri dan mengimpor bahan pangan, buah-buahan dan produk pertanian lainnya ke Negara lain termasuk indonesia. System irigasinya pun sangat maju sehingga tantangan cuaca buruk dan kekeringan tidak berdampak sangat besar terhadap pertanian mereka. Bahkan bagi mereka, sisitim irigasi tetes yang mereka gunakan masih terlalu boros , sehingga sekarang banuak dikembangkan system aerophonik. Berkaca pada Negara tersebut dan kesuksesannya dalam bidang pertanian, Thailand dengan sangat cantik mengundang peneliti dari Israel untuk mengembangkan pertaniannya dan terbukti bukan. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang kaya akan SDA? Indonesia dengan potensi SDA tinggi harusnya bisa berdaulat atas pangan. 
Pak sudrajat (dosen) menganalogikan prilaku masyarakat Indonesia seperti saat memakan buah rambutan. Yang pertama kali dimakan pasti yang merah, besar dan manis. Pokoknnya yang enak dulu. Setelah itu baru yang agak kecil, yang masih berwaran kuning. Sampai akhirnya memakan yang kecil dan hijau. Tapi toh semua juga dihabiskan. Kata pak sudrajat bisa jadi itu menggambarkan kebiasaan atau Habbit masyarakat indonesia yang lebih suka bersenang-senang dahulu lantas bersakit-sakit kemudian. 
       Revolusi hijau yang pernah diberlakukan melalui BIMAS(bimbingan masyarakat) memang pernah mengantarkan Negara ini pada kondisi swasembada pangan. Namun benar adanya bahwa sesuatu yang instant dan tidak dilakukan dengan piker panjang akan berdampak negative dikemudian hari. Keberhasilan swasembada pangan sebagai kesuksesan, nyatanya juga menjadi sebuah kegagalan karena produknya sarat kandungan residu pestisida dan sangat merusak ekosistem lingkungan dan kesuburan tanah serta pencemaran lingkungan. Proyek pemerintah ambisius Orde Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi modern dengan cara mengkomando penanaman padi, pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, pestisida, dan lain-lainnya menimbulkan perubahan dalam berbagai hal, salah satunya yaitu karakter petani sebagai lakon utama dalam dunia pertanian. Selain itu program ini justru menyebabkan kesnjangan social di masyarakat. Dampaknya setelah kita “bersenang-senang ketepian” kala itu dapat dirasakan hingga saat ini. Degradasi kesuburan tanah dan nasib masyarakat kecil yang makin terjepit. Miris.
Pengantar sekaligus pemanasa yang cukup menarik…..

###
            Kuliah diawali dengan melihat isu global seputar dunia pertanian. Isu pertama mengenai populasi masyarakat dunia yang semakin meningkat dan berarti menuntut peningkatan ketersediaan pangan dan pakan. Penduduk Indonesia saja sekitar 240.000.000, sedangkan penduduk dunia sekitar 6 Milyar. Laju pertumbuhan penduduk indonsia sebesar 1,6% yang artinya sebanyak 3,84 juta akan lahir setiap tahunnya. Bandingkan dengan Negara singapura yang jumlah penduduknya sebanyak 3,5 juta dan laju pertambahan penduduknya 0,3% maka akan sangat terlihat perbedaan yang jelas.
            
 Selain populasi, isu lain yang menyebabkan peningkatan kebutuhan pangan adalah urbanisasi yang menyebabkan difersifikasi diet. Semakin meningkatnya tingkat pendidikan suatu Negara maka kebutuhan akan system produksi ramah lingkungan akan semakin tinggi dan menjadi syarat jaminan mutu bagi seorang konsumen. Dewas ini, kebutuhan akan “transparansi” dan keterlacakan pada produksi tanaman menjadi kecenderungan yang meski mendapat perhatian. Pencatatn, rekaman dan audit penting dilakukan sebagai control bagi pemerintah maupun masyarakat.
            
 Globalisasi perdagangan melalui transfer lintas Negara akan mengacaukan kesemibangan neraca hara pada lokasi produksi local. Imbasnya adalah konsumen (dari Negara maju) dengan semena-mena mendiktekan aturan-aturan local dan regulasi mereka kepada petani di Negara lain. Sementara itu pemerintah Indonesia tidakk melakukan proteksi bahan pangan yang masuk. Lantas akan seperti apa nasib petani local kita?

Kenyataan pada perubahan di bidang pertanian…
-luas area per kapita pertanian Indonesia rendah
-areal pertanian semakin menyempitàpeningkatan produktivitas
-Akses air irigasi rendahà pola tanam dan variasi spesifik (faktanya: 52% saluran irigasi rusak berat)
-produksi limbah yang semakin berlebih
-kompetisi penggunaan lahanà pangan vs perkebunan, pangan vs bioenergi, pangan vs industri, pangan vs pemukiman
-kelangkaan tenaga kerja (professional)à input redah, mekanisasi

            Pertanian modern lebih berorientasi pada profit semata dan kurang memperhatikan dampak terhadap lingkungan. Banyaknya kasus pergeseran lahan prtanian ke perbukitan akibat tekanan penduduk, konversi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman dan industri. Mestinya sebelum mengubah mata arah pertanian kita dari konvensional dapat memiliki teknologi dan pemikiran untuk mengatasi kemungkinan dampak negative yang timbul.
Intermezo: dari 100 mahasiswa yang ada dikelas kuliah tadi pagi, tidak ada satupun yang  dari awal masuk ke universitas pertanian yang merencanakan dirinya menjadi seorang petani. Tidak ada anak muda yang mau dengan profesi tersebut, paling banter mau jadi pengusaha pertanian. Bahaya juga kalau semua ga mau jadi petani, Hehehe… ga kebayang. Sedangkan hasil survey di Sumatra barat malah menunjukan bahwa yang jadi pengusaha adalah lulusan SD atau SMP, sedangkan lulusan perguruan tinggi hanya menjadi keryawannya. Disinyalir hal ini terjadi nkeran sewaktu kuliah mereka diajari untuk mengetahui resiko berbisnis dan matakuliah lain yang malah disalah artikan sehingga menjadi down dan bukan dijadikan sebagai modal buat jaga-jaga *salah paham

            Kebutuhan beras di Indonesia sebesar  140kg/kapita/tahun dan 60% diproduksi di jawa. Sisanya di daerah-daerah. Kondisi seperti ini cukup berbahaya, dimana sebagian besar produk terkonsentrasi di suatu daerah produksi tertentu. Bayangkan jika jawa kemarau panjang hingga kekeringan, 60% kebutuhan beras tidak akan terpenuhi.

Intermezo: belajar dari jepang. Pemerintahjepang  memberikan subsidi kepada produk hasil pertanian seperti beras yang dibeli seharga 10.00 namu dijual kembali kepada masyarakatnya seharag 6000 sehigga akan melindungi petani dan menguntungkan masyarakatnya. Sedaangkan pemerintah ini memberikan subsidi pada input produksi yang diras tidak efektif dan melemahkan kemandirian petani.

Focus dan langkah pertanian kedepan…
mereduksi pemanasan global
menyelamatkan lingkungan
meningkatkan produktivitas
mengelola sumberdaya secara efisien
menuju pertanian berkelanjutan


Bersambung………..#ngantuk

2 komentar:

  1. Setuju skali, seharusnya masyarakat petani dengan dukungan pemerintah untuk memprioritaskan 'kesehatan lingkungan' dari pada profit. Kasian kan nanti generasi2 kita yg ketiban dampaknya. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yupp... saya baru buka blog, hehe... pindah ke kompasiana, kebanyakan ngegalau di blog

      Hapus