Berpura-pura jadi orang dewasa untuk
melewatinya,..
Berpura-pura jadi anak-anak untuk menghindarinya...
Berpura-pura jadi anak-anak untuk menghindarinya...
Rasanya
di panggung sandiwara ini, berpura-pura bukanlah hal yang baru tentunya. Kita
memiliki peran masing-masing di panggung dengan karakter masing-masing. Dalam
situasi tertentu, kadang kita dihadapkan pada persoalan yang kita sendiri belum
siap untuk menghadapinya. Kita belum siap untuk mengambil sebuah keputusan,
ataupun kita belum siap untuk memilih dan menjalaninnya. Bukan karena kita tidak
menginginkannya. Bukan karena kita tidak sanggup untuk menjalaninya. Tapi
karena kita belum siap. Karena masih ada keraguan.
Jika boleh memutar sang waktu, bisakah
melewatinya? Bisakah menundanya? Bisakah untuk tidak sekarang?
Ah… waktu, engkau memang tak pernah
dusta…
Mana bisa kurayu dirimu,
Kondisi
ini bukalah hal yang jarang terjadi dalam keseharian kita. Ketidaksiapan kadang
menimbulkan efek negative dalam diri. Bisajadi stress atau galau sendiri jika
tidak mampu menghadapinya. Dua kalimat paling atas tulisan ini merupakan
senjata pamungkas untuk menghadapi kondisi demikian. Cara aman yang jujur,
sering juga saya gunakan. Bukan bermaksud berbohong dengan berpura-pura. Walawpun
pura-pura adalah salah satu cara untuk berbohong.
Saya
baru sadar, kalau selama ini saya juga sering berpura-pura….
Saya
berpura-pura menjadi seorang dewasa yang mampu melakukan apapun yang orang
dewasa lain lakukan, orang dewasa yang bisa mengambil keputusan, yang bisa hidup mandiri, orang dewasa yang
sudah tidak mau diatur, yang kuat, yang bekerja, yang tampil mempesona, yang
bisa meyakinkan diri saya kalau saya bisa melakukan apapun, yang bisa merangkul
orang lain dan orang dewasa yang sudah pantas mengenal cinta.
Saya berpura-pura agar bisa
melewatinya…
Saya berpura-pura agar saya kuat…
Saya berpura-pura untuk meyakinkan diri
sendiri…
Saya berpura-pura untuk diri saya
sendiri….
Saya
juga berpura-pura menjadi anak-anak, yang hanya melakukan apa yang saya ingin
lakukan. Anak-anak yang bertingkah polos, anak-anak yang selalu ceria,
anak-anak yang senang merengek, anak-anak yang ingin selalu dapat perhatian dan
anak-anak yang belum boleh mengenal cinta.
Saya berpura-pura agar bisa
menghindarinya…
Saya berpura-pura agar saya bahagia…
Saya berpura-pura untuk meyakinkan diri
sendiri…
Saya berpura-pura untuk diri saya
sendiri….
Saya
berpura-pura pada saat saya tidak siap.
“Termasuk
saat saya tidak siap untuk mencintai sesorang dan menerima cinta darinya……”
Jika
dengan berpura-pura mampu menepis bahaya yang akan ada, jadi kenapa tidak?
Saya
ingin diakui lingkungan social, maka saya harus berpura-pura seolah-olah adalah
orang dewasa yang bisa segalannya. Saya bukan anak-anak…!!
Saya
belum siap menuju fase hidup selanjutnya, maka saya harus berpura-pura
seolah-olah masih anak-anak. Saya belum dewasa…!!
Apa
saya berbohong??
Allah,
bukan karena ku tak percaya janji dan kehadiranMu disisiku…
Hanya
ini caraku,
Engkau
tau isi hatiku,
Engkau
tau niat dalam hati ini,
#Pura-pura
bukan berarti palsu, hanya menstrategi waktu agar bisa diterima hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar