Memutus ikatan emosional kan bukan berarti memutus
tali silaturahmi, kita hanya hanya meluruskan kayu yang bengkok, bukan
mematahkannya...
ikatan emosional memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, yang jika diarahkan dengan baik akan melahirkan kekuatan kasih sayang yang luhur. Seperti cinta seorang ibu pada anaknnya, seperti cinta hamba kepada Rabb Nya………..
Tujuan akhir perjalanan kita adalah JannahNya.
Setiap nyawa ini akan kembali, dan raga yang menemani akan melebur…
Merupakan fitrah manusia untuk saling menyayangi,
ingin menggantukan diri dan memiliki eksistensi. Sebagai saudara muslim, sangat
damai dunia ini jika bertaburan kasih saying dimana-mana. Tidak ada kekaucauan,
permusuhan dan konflik. Namun seberapa besar sekarang ini yang masih bisa menyayangi
saudarannya? Ketamakan dunia, sering membuat kita egois. Demi sebuah jabatan,
rela sikut sahabatnnya sendiri. Demi kekayaan dunia, menghalalkan segala cara
meski harus memakan jatah saudarannya yang kelaparan. Demi wanita, adik kakak
bisa menjadi musuh hingga ajalnnya. Naudzubillah.
Rasa sayang itu tetap ada, sejahat apapun seorang
ayah, sekorup apapun pejabat. Hatinnya tetap ada. Hati tetap didalam ragannya,
meski mungkin terselimuti banyak tabir. Karena dia adalah fitrah bagi manusia.
Namun salahkan jika kita menyayangi dia lebih dari seharusnnya……. Sementara
Tuhan mengajarkan untuk saling menyayangi, tapi yang tumbuh lebih dari itu.
Lebih istimewa, membuatnnya sangat istimewa. Hati tidak akan dusta pada
pemiliknya. Sekali ia jatuh, tak ada yang bisa membangkitkannya selain tuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar