saat saya jadi pecundang...
saat harus menelan ludah sendiri..........
saat saya merasa kecewa karenanya...
semua sama dengan nol,..
toeng,..toeng... tau buku Zero To hero ga?? (*bukan zoro...!!!! zero!!
Ujian nasional adalah hidup dan matiku...
Saking ketakutannya, sampe-sampe banyak yang mengatakan demikian.
Mengingat moment UAN, yang ternyata sudah tiga tahun yang lalu menysakan
beberapa cerita yang masih bisa saya ingat. Sebuah cerita yang membuat
saya kecewa pada diri sendiri dan pada Super Hero saya
waktu itu. Yap kita sebut dia super hero, kenapa? Dia adalah guru
kebanggan saya, dia adalah bukan sembarangan guru, dia istimewa dimata
saya, dia berbeda dari yang lainnya, dia adalah guru yang menjejalkan
motivasi hebat, dia adalah guru yang menginspirasi saya, dia guru yang
care, dia guru yang merubah mindset kami (setidaknnya pernah mencoba
mengubah mindset kami), dia adalah guru ku... guru matematikaku.
Seperti melayang keingatan tiga tahun lalu, yaah terbayang suasana
pemantapan, ujian praktikum, drama bahasa inggris dengan lagu “kau
cantik hari ini” dan rekam puisi Gie “cahaya bulan”, terbayang hiruk
pikuk ujian nasional, terbayang sekolah itu, terbayang guru itu, dan
terbayang temanku yang satu itu, teman yang satu-satunnya menjadi
pemenang dalam Ujian yang sebenarnnya.
Oia, satu lagi...bukan terbayang tapi teringat, teringat surat itu. Surat untuk sang Hero...
dengan segenap kekuatan dan keberanian untuk membuatnnya. Karena dia
yang mengajarkan kami untuk berani, berani bicara jika memang tak sesuai
dengan nurani.
##
Beneran tak terasa sudah tiga tahun loh ninggalin SMA, hmm....cepatnnya Ya Allah
Semenjak ujian nasional, cita-citaku berubah loh. Memang sejak kecil
cita-citaku selalu berubah sih, tapi mlai dari kelas 2 SMP sampai SMA
kelas 3 waktu itu keinginan untuk menjadis seorang guru sempat lama
bersemayam dalam rentetan cita-citaku. Waktu kelas 2 SMP saya menemukan
sosok guru yang insipiring banget, seorang guru bahasa Indonesia yang
pandai berpuisi, bapak yang tegas, disiplin dan ramah. Saya kenal dekat
dengan beliau karena waktu itu pernah menjuarai lomba cipta puisi
tingkat kabupaten dan diantarnnya untuk membacakan puisi tersebut di
kabupaten, dari sana saya kenal sosoknya sebagai seorang guru yang luar
biasa. Dia juga piawai membaca puisi untuk kami. J. Masuk SMA saya masih
kekeuh untuk menjadi sornag guru, dan menemukan sosok guru lain yang
menjadi teladan waktu itu, guru yang tidak kalah hebatnnya... yeah my
Hero.
Kalau guru SMP saya pandai berpuisi, sedangkan guru yang satu ini
pandai memberi motivasi. Saya selalu bersemangat kala jumat tiba. Hari
jumat pagi adalah jam mengajar beliau dikelas kami. Dengan senang hati
saya akan menjemputnnya ke ruangan guru dan biasannya membawa buku
paket untuk anak-anak kelas (termasuk anak rajin gw, hehe...oia maklum
bendahara kelas).
Kami mendengarkannya, menyimaknnya dan menyerapnnya dan mungkin saya
salah seorang yang memang hobi mengkonsumsi hal-hal seperti ini,
motivasi dan cerita-cerita hebat sehingga benar-benar memperhatikan
semuannya dan semuannay secara tidak langsung mengubah mindset saya.
Pikiran-pikiran idealis mulai terbentuk, yang salah yah salah, yang
benar ya benar. Semua bukan lagi berdasarkan nilai duniawi tapi lebih
mendalam dari sekedar itu, kami menggali makna, menggali nilai
sebenarnnya. Suatu keganjilan jika semua harus dilakukan dengan
kecurangan, benar-benar bertentangan dengan logika yang telah terbentuk,
banyak menyakiti perasaan sendiri karena semua itu bertentangan dengan
pikiran. Tapi itu memang yang seharusnnya, kenapa harus mengikuti yang kebanyakan padahal mereka akan menuju jurang. Karena kamu takut? Karena kamu pengecut? Yah benar... itu kenyataannya, saya terlalu takut.
Tapi semua itu percuma, anda membangun bongkahan salju di pikiran
kami namun sekejap kami harus meruntuhkannya, melelhkannya..... dan anda
hanya diam. Kekecewaan terbesar yang hingga kini masih belum bisa saya
mengerti, kenapa? Bukankah kita harus berani? Itu yang anda ucapkan pada
kami. Entah rekasi apa ketika anda membaca surat saya waktu itu,
(*konyol), itulah hal konyol yang sangat berarti bagi saya. Menulsi
surat untuk anda, mempertanyakan kenapa semua seperti tidak ada apa-apa,
semua baik-baik saja padahal semua tidak seperti yang seharusnnya. Semua
ini bertentangan dengan apa yang kita pahami, mungkin saya akan lebih
berani untuk tidak melakukannya jika anda membantu saya setidaknnay
terus memberikan dorongan untuk tetep bertahan pada yang seharusnnya. Anda diam dan tersenyum.... melihat saya bersama yang lainnya, hanyut terbawa ombak.
Tidak sepatutnnya menyalahkan orang lain.... yah tentu. Maaf...maaf.... cuma agak terbawa suasana (Wooo..)
Tapi My Hero menjadi sebab akibat dari semuannya. Menjadi sebab dari
perubahan cara pandangku pada seorang guru, aku tak mau menjadi guru
jika resikonnya sebesar itu. Aku tidak mau menjadi guru jika harus
mengorbankan banyak hal dilematis semacam kelulusan, aku tidak mau jadi
guru jika harus mengorbankan prinsip hidup dan idealism yang kupegang.
Idealis itu penting, jika dasarnnya adalah akidah dan agama. Tak ada
yang boleh menggugatnnya. Kecuali kamua adalah orang yang tidak punya
pendirian.
Dan beberapa bulan yang lalu, kakak perempuanku yang besik
keilmuannya adalah keguruan yaitu B.inggris mengundurkan diri dari
tempatnnya mengajar. Alasannya adalah satu, masalah ujian nasional dan
perna guru yang tidak sepatutnnya. Dia meninggalkannya walaupun waktu
itu belum memiliki peekrjaan lain, tapi keyakinannya akan janji Tuhan, Maka barangsiapa yang meninggalkan sesuatu apapun karena Allah maka Allah ‘azza wa jalla akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang dia tinggalkan tersebut”
sekarang dia bisa bekerja untuk Dinas Sosial dan itu sesuai dengan apa
yang dia inginkan, sejalan dengan nuraninnya. Membantu masyarakat
kecil. Kami memang tidak dibesarkan dikeluarga kaya raya, hingga tahu
benar nikmatnnya dibantu orang dan membantu orang kecil itu seperti apa.
Tak terkira....
Takut, pasti takut jika kita akan ujian.... tapi seharusnnya itu tak
terjadi jika kita sudah berusaha sebaik mungkin. Jika kita percaya
padaNya. Dosa dan neraka harusnnya tetap menjadi yang menakutkan agar
kita tetap dijalanNya.. (benar juga yah kalau ga ada neraka kita akan
terus leha2). Bukan ujian, ga lulus ujian emang dosa?? (yang dosa itu
jika kita tidak belajar dengan sungguh-sungguh dan tidak mengamalkan ilu
yang didapa, gitu bukan?hehe), nggak loh? Dosa itu kalau kita curang,
kalau kita tidak jujur (terlebih pada diri sendiri..ehm)
Masalhnnya kita tidak tahu apakah kita belajar dengan
sungguh-sungguh? Kita tidak PD...!!! benar? Kalau emang PD mah ngapain
takut...
Si teguh juga bentar lagi ujian nasional (SMP), heuuuu gw yang
takut... masalahnnya gw ga tau dia belajar sungguh-sungguh atau tidak.
Ya Allah bantu adik hamba... semoga engkau berkenan meluluskan dia.
Amiiin
Back to My hero
Sejak saat itu pokoknya kecewa berat, pokoknnya “hero to zero”. Hahahahaa.... nyambung ga yah
Ambil hikmahnnya aja lah, banyak pelajaran penting disana. Saat-saat
mudamu, ceileeeh setidaknnay lebih berwarna daripada yang lainnya,
setidaknnya banyak hal yang membuat hidupmu berubah sehingga cita-citaku
bukan lagi menjadi seorang guru tapi jadi seorang dosen
(Amiiiiiiiiiiin, hehe) kan dosen ga usah susah-susah lulusin
mahasiswannya. Kalau mau lulus yah usaha sendiri buat lulus... pokoknnya
beda deh. Jadi apapun yang penting tidak keluar dari jalanNya... jadi
ibu rumah tangga pun kenapa tidak, jika itu adalah jalan terbaik untuk
menggapai Jannah’y, mendidik generasi yang lebih baik. Generasi islam.
Semua telah Engkau gariskan......
Kangen my heroooooooooo... saya hanya kecewa, bukan berarti saya
kehilangan semua kenangan manis tentang anda, hahaha... semua bukan
salah bapak, sudah terlalu bnayk oknum. Bocoran dsb. Bukan lagi hal yang
tabu,(masih mau menutup mata?pura-pura ga tahu?) Saya tahu posisi bapak
sulit. bapak tetap jadi guru terbaik saya J semoga panjang umur pak
guru ku.
Saat harus kembali ke titik nol...........
(*sudah cape, tak bisa meneruskan lebih panjang lagi
Sukses buat yang mau ujian besok..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar