Pengamen,
pengemis...
mana diantara kedua itu yang lebih terhormat dan tinggi derajatnnya??
dua-duannya tidak terhormat?
mana diantara kedua itu yang lebih terhormat dan tinggi derajatnnya??
dua-duannya tidak terhormat?
Pengamen
lebih terhormat? Karena setidaknnya dia sudah berusaha dan tidak hanya menopang
tangan?
Pengemis??
Dia membuka jalan untuk umat yang mau mendapatkan pahala??
pertanyaan macam apa itu... *skip lupakan ^__^
pertanyaan macam apa itu... *skip lupakan ^__^
Mengapa
kadang kita merasa sangat lemah, baik secara fisik, intelejensia, psikologis,
ruhani??? Merasa tak berdaya..
mengapa harus merasa tak mampu? Bukankah Allah telah member kita semuua keimanan, akal yang cemerlang, penghormatan yang tinggi ssebagai mahluk paling sempurna, memiliki tubuh yang tegap dan gagah perkasa... lalu apa yang salah? Kenapa takdir kehidupan kadang Nampak tak adil bagi sebagian orang.
mengapa harus merasa tak mampu? Bukankah Allah telah member kita semuua keimanan, akal yang cemerlang, penghormatan yang tinggi ssebagai mahluk paling sempurna, memiliki tubuh yang tegap dan gagah perkasa... lalu apa yang salah? Kenapa takdir kehidupan kadang Nampak tak adil bagi sebagian orang.
Kenapa jadi
pengemis? Takdir...
Kenapa jadi
pengamen? Nasib...
Benarkah?
Coba kita
lihat:
Setiap kali
saya pulang, atau bepergian sering kali ada pengamen yang mencoba mencari
rupiah dengan menyanyi sekenanya didalam bus atau angkot. Seringkali saya
iseng, memperhatikan mereka lamat-lamat. Kalau dilihat-lihat pengamen itu lebih
ganteng dari teman-teman sekelas saya, beneran loh ganteng (hehe) walaupun dia
tentengannya pipa berdiameter 10 cm dengan karet ban diatasnnya. Suarannya,
bagus... merdu, kalah lah kalau dibandingin sama temen-temen say amah (kenapa
bandinginnya ke temen-temen kelas mulu sih, hehe). Kekar, gagah dan putih,
lumayan lah. Seriusan... kadang saya suka berpikir, Allah itu memang
menciptakan manusia sungguh luar biasa, ga pilih kasih kok!! Udah miskin jelek
lagi..!! nggak..nggak kayak gitu kok. Dia itu maha adil. Tapi tergantung sejauh
maan kita menyikapi karuniannya dan keadilannya. Kalau terus menutup hati untuk
menyadari betapa semua nikmat itu bersumber darinnya sebagai wujud kasih
sayang, yaa tidak akan kerasa kasih sayang yang diberikan olehnNya, yang kerasa
Cuma ketidak adilan.
Ngomong-ngomong
soal “udah miskin, jelek lagi”, ada nih lawannya “udah kaya, cakep lagi” waaah
subhanallah yah. Namun apa iya itu sebuah anugrah yang pantas dibanggakan? Atau
itu suatu musibah dan ujian?
dua-duannya benar, itu adalah anugrah tentu saja, tapi ujiannya sangat besar dan rentan. Bahkan sangan rentan. Godaannya jauh lebih besar daripada si “miskin dan jelek tadi”. Peluang untuk kufur nikmat dan terlena jauh lebih besar pada si “kaya dan cakep” dan peluang untuk menjadi orang sabar dan dinanti surge justru lebih dekat dengan si “miskin dan jelek”. Peluang untuk sombong lebih dekat ke si “kaya dan cakep”. Peluang untuk bijak justru lebih dekat ke si “miskin dan jelek. Dan masih banyak peluang lainnya. tidak pandang bulu. Cakep, jelek, kaya, miskin, semua nikmat dan ujiannya diberikan dengan kadar kemampuannya sendiri-sendiri. Tergantung bagaimana menyikapinnya.
Kita punya
banyak hal, diberikan banyak bekal. Karena itu percaya diri lah... pernah
dengar ini: “Cantik itu perilaku”. Yah baru saya dengar dari salah satu film
korea yang baru saja ditonton. Seseorang yang cantik belum tentu bisa
memanfaatkan kecantikannya dengan baik. Cantik tapi tidak PD, cantik tapi tidak
berilmu, cantik tapi tidak bisa menjaga kehormatannya, cantik tapi tidak
beretika. Lalu?? Saat kamu bertemu dengan orang cantik tapi dia tidak sopan dan
nyablak minta ampun, apakah tetap akan mengaguminnya sebagai orang cantik? Atau
kesan prilakunnya yang akan diingat. Relative..hehe, bersambung (kok malah
kesini nulisnnya).
Intinya sih, percaya diri lah! Kuatkan keinginan.
Jangan pernah mengira orang-orang yang berhasil tuh memiliki kemampuan luar
biasa atau mempunyai senjata adihulung yang tidak tertandingi. Nggak, mereka
sama kok dengan kita, sama-sama manusia. Sungguh, Allah tidak menzolimi
sesorang. Tidak pula memilih. Disisinya semua sama, kita yang harus mencari
tahu terus. Menyibak selubung halimun, intinnya adalah terus berjalan lurus. Jangan
berhenti, jangan menyimpang, jangan berpaling apalagi muter-muter. Jalan terus,
sibak kabutnnya dan temukan cahaya. Intinnya hanya itu.. terus berjalan, jangan
menyerah.
Bisajadi
gaya bicara si pengamen tadi lebih oke dari saya, dari teman-teman saya. Siapa yang
tahu toh? Hanya bedannya dia tak mendapatkan kesempatan itu. Kalau dia mau
mencoba pasti ada jalan. Bisa jadi pengamen tadi jauh lebih soleh daripad kita.
Siapa yang tahu.. makannya jangan suka merasa lebih dari yanglainnaya dengan
hanya melihat status social.
Weeeitttss... status social beda sama status
keimanan bro. tak bisa terukur.
Pernah dengan
cerita tentang anak singa yang hidup di gerombolan domba?? Singa yang
kehilangan induknnya, bergabung sejak kecil dengan kawanan domba. Alhasil setelah
dewasa pun prilakunnya précis domba. Padahal dia bukan domba, jauh lebih kuat. Dia
tak menyadari dirinnya singa, sampai akhirnnya dia menemukan bayangan dirinya
dalam air. Saya berebeda dengan mereka. Siapa saya??
Nah, anggaplah kita ini singa. Sebagaimanapun keadaan lingkungan kita dulu, keluarga, dan leatar belakang pendidikan orang tua, bla..bla..bla... kita adalah singa, meski kadang kita berprilaku seperti domba, karena lingkungan kita mengajarkan kita berprilaku seperti domba. Cermin... kita perlu cermin, untuk apa?? Untuk menyadari bawa kita adalah singa. Dari sebuah buku menyatakan bahwa “kita mempunyai aura fisik dan koleksi kesan fisik, tapi kita sulit merasakan aura kita sendiri. Biasannya kita mudah menangkap aura orang lain. Tetapi kita terlalu pandai menyembunyikan keadaan kita pada diri kita sendiri”. Tahu kan bahwa sekarang itu banyak yang namanya psikater, konselor dsb. Para konselor biasanya menjadi cermin bagi kliennya. Karena kita tak mampu sewa konselor, gunakan teman kita saja sebagai cermin. Toh orang lain jusrtu lebih peka terhadap aura kita. Ceileeeh.
Cukupkah
dengan bercermin kita tahu diri ini siapa?
tidak, kita perlu sesorang yang dapat memberi tahu kita siapa kita sebenarnnya. Maka dari itu kita harus banyak belajar dari orang lain.
tidak, kita perlu sesorang yang dapat memberi tahu kita siapa kita sebenarnnya. Maka dari itu kita harus banyak belajar dari orang lain.
Percaya
ga sih kalau setiap mahluk punya senjata rahasia untuk mempertahankan
dirinnya?? Tuhan telah member bekal untuk setiap mahluk. Sigung dengan baunnya,
bunglon dengan warna tubuh yang bisa berubah-ubah, lebah dengan sengatannya,
ulat ddengan bulunnya, kelinci dengan kecerdikannya (bener ga sih? Apa di
dongeng aja) dan masih banyak lagi. Lihat... kurang adil Apa Tuhan?? Lebah atau
semut yang hanya berumur bulanan saja diberi bekal yang luar biasa, apalagi
kita! Kita diberi akal dan pikiran untuk mempertahankan diri, untuk berfikir,
lantas kenapa banyak orang yang merasa tidak berdaya, merasa lemah. Karena dia
tidak mau berpikir, asal mau sedikit
berpikir kita pasti bisa.
banyak malesnnya sih kadang...Hmm, penyakit
Masih berpikr
Tuhan itu tak adil?? Jangan-jangan bukan karena tuhan itu tak adil, tapi kita
yang tidak tahu apa arti adil itu...
adil kan tidak harus sama. Kalau adil itu berarti sama, berarti tuhan itu justru ga adil dong karena menciptakn kita berbeda-beda. Hmm, justru bukannya aneh kalau kita sama semua. Justru dengan perbedaan itulah muncul keadilan.
adil kan tidak harus sama. Kalau adil itu berarti sama, berarti tuhan itu justru ga adil dong karena menciptakn kita berbeda-beda. Hmm, justru bukannya aneh kalau kita sama semua. Justru dengan perbedaan itulah muncul keadilan.
Apapun keadaan
kita sekarang, adalah sebab akibat dari apa yang kita putuskan. Keputusan berasal
dari pikiran. Maka harus berpikir sebelum mengambil keputusan.. (Hmm, saya
perlu banyak belajar)Hehe
Curhat: kalau saya nulis, tu kadang bukan karena kenapa-kenapa tapi Cuma kerasa seperti sedang manasihati diri sendiri. Ini cara saya, bagaimana cara anda?? Karena kadang kalau tidak ditulis, semua yang ada dipikran sesperti benag kusut, dengan menuliskannya ternyata ada sedikit hal yang setidaknnya berguna untuk diri sendiri.
Curhat: kalau saya nulis, tu kadang bukan karena kenapa-kenapa tapi Cuma kerasa seperti sedang manasihati diri sendiri. Ini cara saya, bagaimana cara anda?? Karena kadang kalau tidak ditulis, semua yang ada dipikran sesperti benag kusut, dengan menuliskannya ternyata ada sedikit hal yang setidaknnya berguna untuk diri sendiri.
Amiiiin, salam kenal juga :)
BalasHapus