Celoteh Si Mak'nun

Senin, 16 April 2012

Kampung bin Deso

 Tinggal di kampung, kampungan gitu..............?
Tinggal di kota, kotaan gitu...............? Hmm, gitu yah. Okelah tak apa...Hehe nanya doang

Apa masalah kalo kampungan ya? Kalau orang kampungan itu emangnnya lebih rendah dari pada orang kota nan modern yah?? Indikator apa yang di pake? Indikator dunia? Itu hanya untuk orang yang akan selamannya tinggal di dunia................. emang ada?? Minum ramuan abadi tu orang?Oooh dapet dari dewi Quan In kali ya,, bisa jadi sih.



Senyap, sepi... menikmati segelas air putih yang sweger. Sudah 3 gelas habis diteguk, tenggorokan tetap serasa kering.  Bukan karena tidak ada teh atau kopi di dapur, hingga harus “rumaos” melewati malam baareng air putih saja tapi karena emang tenggorokan lagi sakit, bicara sudah agak parau, males nelen, Cuma air putih yang bersahabat. Padahal tawar, tidak berasa, dimasak minimalis tanpa tambahan pemanis, tapi hanya inilah yang aman untuk diminum saat-saat seperti ini. Kopi, teh.... saya teh doyan juga. Apalagi kalau dingin. Beuuh mantap. Tapi mereka tak bisa diandalkan setiap saat ternyata.

Kampung kadu kandel berada di kecamatan jiput kabupaten pandeglang, banten (ada kagak ya di peta??). mata pencaharian utama penduduk di kampung sini mayoritas adalah petani. Juga kakek dan nenek ku (saya menyebut kakek dengan sebutan “ema” dan nenek dengan sebuatan “ibu”). Ema dan ibu punya anak banyak, salah satunnya ya mamah koe itu. Kalo ga salah belasan deh, tapi yang sampe sekarang masih hidup Alhamdulillah ada 6 orang termasuk mamah. Beda sama alm. Bapak, ibu bapak sudah meningal sejak bapak masih kecil. Ayah bapak meninggal entah berapa tahun silam, waktu ane masih orok. Itulah, saya hanya memiliki nenek dan kakek lengkap dari mamah dari bapak ada sih, nenek tiri. Balik lagi ke kampung ini yo...oia mala mini sengaja nginep di rumah ibu dan ema, gara-gara KRS. Hehehe (jujur parah). Masalahnnya, kalau di rumah gw yang deket ruyuk alias hutan itu susah banget internetan, ga ada sinyal Indomelesat. Waktu masih pake provier telkomselalu bisa tuh pake modem berinternet ria di rumah coz sinyalnnya banyak. Mau ganti kartu sayang atuh kan baru diisi pulsa untuk sebulan kemaren pas ke bogor, jadi mending gw kesini deh sekalian silaturahmi. Lagian udah lama ga nginep di sini.

Di rumah ini mereka hanya tinggal berdua aja, romatis ya pasangan nenek kakek ini (apa sih??). yaah namanya juga rumah petani ya beginilah, apalagi yang tinggal pasangan kakek nenek yang sudah tidak muda lagi (mana ada kakek nenek yang masih muda>>??!!). dirumah ini ada 3 kamar, tapi anehnnya mereka ga pernah tidur di kamar. Mereka tidur di ruang apa tuhh namanya yah, deket dapur (eh bukan gudang), depan kamar tidur yang ada d dapur pan ada ruangan tuh..mirip kamar sih, tapi bukan. Mereka tidur ga di ranjang, tapi pake kasur yang digelar di atas tikar (padahal di tiga kamar tuh ada ranjang sama kasur, lengkap dengan bantal gulingnnya). Ga tau kenapa, dan setiap gw atau si teteh nginep di sini selalu dii kasih kamar depan. Kalau mamah yang nginep di sini pasti di kasih kamar tengah..Hehehe. tidak ada tv di rumah ini (ada deng, tapi nongkrong doang entah emang rusak atau emang ga difungsiin belum nanya juga tuh). Siang hari walau[un sudah tua dan sering sakit-sakitan (beneran loh ini) tapi mereka tetap pergi ke sawah. Walau hujan pun ema tetap pergi ke sawah loh (kayak puisi zaman SD gw nih...!!). Yappp!! Semangat ema tak pernah tua, ia tak ingin membebani anak cucunnya. Sejak muda diia memang biasa bekerja keras, sudah biasa tersengat sinar matahari dan mencium wangi lumpur sawah. Selain rajin bekerja, ema juga rajiin ibadah... sebelum tiba waktu solat ema selalu pulang dulu membersihkan badan dan pergi ke mesjid. Meski kehidupannya sederhana, tapi melihat raut wajah mereka benar-benar teduh. Tak ada ambisi dunia(entah karena factor usia), damai, teduh, meski sedikit tetap tak lupaa berbagi, meski hasil sedikit mereka tak pernah terlihat depresi, meski tak punya uang mereka tak mau merepotkan anak-anaknnya, selama masih kuat berdiri kayaknnya dicegah bagaimana pun ema ga babkal berenti ke sawah deh. Ema tuh keras kepala juga tau, kalau ia bilang masih kuat mana bisa di cegah anak-anaknnya. Tapi nanti bentar-bentar sakit lagi, ssembuh lagi, ke sawah lagi... (semoga ema panjang umur dan sehat selalu. Dia care banget sama cucunya... kalau abis panen selalu ke rumah anak-anaknnya, meski panen tidak seberapa ia selalu adil memberikan sedikit kepada anak-anaknnya padahalmah udah gede-gede dan bisa cari uang sendiri-sendiri. Tapi itulah ema,... kalau ema ngasih uang ga di ambil malah sedih, serasa ga dianggap gitu. Padahal mah kita kasian kata mamah, hasil panennya juga ga seberapa mending di simpen aja buat bekal ibu sama ema, tapi ema tetep..

Nyaman banget ternyata suasana di sini, adem ayem ga ada yang ganggu. Kalau di rumah, ada ara, vina sama teguh yang suka rebut dan bikin berantakan. Maklum di rumah ini kan ga ada anakk kecil, jadi sepi. Serasa jadi anak tungal tau  kalau di sini..hehe, jadi kepikiran buat nempatin rumah ini aja nanti. Selain tenang buat baca, OL dan memikirkan banyak hal (apa coba?) kampung sini juga perlu perhatian lebih sepertinya.  Miris liat pemuda pemudi di sini, aneh tau padahal tuh emak ibunya petani dan soleh-soleh kalau diliat mah, sering kemasjid, ikut pengajian, tapi kok anak-anaknnya malah bergajulan dan lebih merinding lagi pas denger banyak yang nikah sebelum hamil eh hamil sebelum nikah deng. Satu sih sebenarnnya yang kayaknnay memang factor penting yang kurang dipentingkan di sini. PENDIDIKAN. Mungkin karena rata-rata orang tua mereka adalah petani yang tidak terlalu paham mengenai dunia didik mendidik dan keterbatasan ekonomi yang mereka miliki sebagai keluarga tani jadilah pendidikan tidak terlalu dipikirkan. Keterbatasan ekonomi sepertinnya membuat focus mereka menjadi hanya pada orientasi “bagaimana bertahan hidup”, karena yang mereka tahu hanya dengan bergelut dengan sawah dan ladang yang bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mereka sudah sangat lelah bekerja keras memikirkan hal tersebut jadilah masalah pendidikan dikesampingkan. Meski kalau dilihat-lihat sekarang sudah cukup banayk yang sekolah, tapi kayaknnya ada yang salah deh.. tidak banyak yang sampe bangku kuliah, sekalinnya ada emang anaknnya orang yang punya cukup banyak hartanya di sini.

Lagian saya tidak terlalu tertarik hidup di kota. Terlalu mahal harus membanyar untuk hiruk pikuk kota. Sebetulnnya khawatir aja sih, meski banyak teknologi, ilmu pengetahuan dan rupian yang terpusat di kkota tapi semua itu harus dibayar mahal nantinnya jika kita tidak bisa bijak. Takut kebawa arus masalahnnya kalau ga tebel-tebel iman(dan iman saya kebetulan belum tebel tuh). Contoh hal kecil saja, makan. Makanan hargannya mahal-mahal dengan aaneka rasa yang menggoda lidah. Bukan masalah mahalnnya kalau emang uang kita banyak dan semua uang itu pun kita dapat dengan bekerja yang halal di kota sana, tapi bukankah nabi selalu mengajarkan kita untuk selalu hidup tidak berlebihan dan Allah membenci hal tersebut. Satu porsi makanan untuk satu orang bisa mencapai 150.000, padahal sebenarnya cukup dengan 10 ribu dia sudah bisa mencukupi kebutuhan makannya. Tapi karena sudah menjadi budaya dan gaya hidup, makan mewah dan orang merasa terhormat kalu bisa makan mewah! Mewah??apa yah arti mewah itu, kemewahan?Hmm,,saya melihat bau nafsu di sana. Nafsu dunia, harta, tahta dan wanita. Kemewahan,...lebih dari cukup berarti kan, berlebih. Urusan kecil saja, masalah makan kita sulit untuk menahan diri untuk hidup secara “cukup” sederhana dan coba untuk memikirkan saudara-saudara kita yang mungkin sedang menggigil kelaparan di kolong jembatan, atau mata-mata lugu adik-adik kita dip anti. Nafsu,..!hawa nafsu, menahan diri dari makanan pun termasuk menahan hawa nafsu. Kita disuruh makan bukan untuk kepuasan, tapi untuk kuat beribadah kepada Allah. Ah, sekarang tentu bukan karena hal itu saja kan, tidak lapar pun kita akan makan. Ngemil dan lain-lainnya. berawal dari tidak bisa menahan hawa nafsu makan akan berimbas pada hal lain, contoh korupsi. Karena tidak laparpun kita tetap merasa perlu makan, oia perlu jalan-jalan juga supaya ga stress, terus perlu shoping, tidak lupa perlu hang out, atau jalan-jalan ke luar negeri bareng keluarga. Kebutuhan kebutuhan ini tentu menuntut pemenuhan, akhirnnya harus punya uang banyak. Carannya, ah cara bersih susah dapetnnya...sedikit pula. Apa sajalah...yang penting semua kebutuhan terpenuhi. Padahal kebutuhan itu di buat-buat. Coba kalau ikut pola hidup sederhana, secukupnnya sajalah hidup di dunia ini. Gara-gara tidak bisa menahan hawa nafsu timbul banyak penyakit, stroke, jantung, darah tinggi, stress, depresi dll. Abisnnya banyak maunnya jadinnya pusing pan cara beli semua kemauan kiat. Inget bro sis.... hidup di dunia Cuma bentaran, inget kuburan coba jangan inget bioskop sama pacaran terus.

Sibuk dengan urusan dunia..dunia...duniaaa... terus!! Sampe lupa kewajiban gara-gara terus ngurusin dunia. Kalau menumpuk harta di dunia itu nantinnya pas mau meninggal berat ninggalin duniannya kata mamah juga, udah kerja banting tulang dinosaurus buat dapet duit ber eMber-eMber terus di tinggalin begitu aja gitu? Pengen di bawa ke liang lahat, guna ga ya kira-kira?. Ga sob, ga guna.... ga ada bioskop di alam kubur, dan mata uang yang berlaku di akhirat nanti emangnya tau apaan?dan kalaupun sama mata uangnnya sama yang ente bawa dari dunia, terus di akhirat semuannya pada gratis semua buat apaan dong duitnyya, hehe ga guna tau...
AHLI DUNIA, beuuuh tersohor diduniannya............! bangga??

Udah sih yang penting hidup cukup, bahagia bersama orang yang dicinta dan dekat selalu denggan Allah......wah mantap!! Sederhana tapi bahagia sampe ke surge, atau melarat tapi masuk surga.. maslah, dan kita tidak akan melarat hanya karena urusan dunia jika kita terus dekat sama Dia Sang Pencipta.
Dan kampung bin desa, adalah tempat yang stategis untuk sekarang dan nantipun saya ingin tinggal di kampung, terserah apa kata orang....... ga penting, yang penting saya merasa saya bisa tenang dan dekat denganMu. Saya ga akan mati kutu tinggal di sini, lihat banyak lading amal... apalagi yang dicari dalam hidup coba. Haaaaah syalalalalalaaa................
Oia kebetulan bin jodoh kayaknnya, jurusan yang saya pilih pun kayaknnya cocok di bawa di Desa. Hehe... dan cocok di bagi-bagi di Desa,
Meski engkau menawarkan sejuta mimpi................
“Manusia hanya berencana, tapi Dia lah yang memutuskan yang terbaik untuk setiap hambanNya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar